
Theo Rapi Ridwan - Dunia media sosial, khususnya Facebook, menjadi ruang interaksi yang luas bagi berbagai kalangan usia dengan gaya masing-masing. Terkadang, ada perbedaan mencolok antara cara berinteraksi generasi muda dan generasi yang lebih tua di platform ini.
Untuk kalangan pemuda, sejumlah kebiasaan menggunakan Facebook oleh generasi baby boomer kerap kali dirasakan agak usang atau 'tidak sesuai'. Tindakan-tindakan tersebut barangkali tidak disadarinya sendiri tetapi sangat mencolok bagi generasi digital.
Melansir dari Geediting.com, Sabtu (03/05), inilah beberapa hal yang kerap dilakukan para generasi boomers di Facebook.
1. Terlalu Sering Menyebarkan Rantai Pesan atau Informasi Palsu
Salah satu tindakan umum yang kerap diamati adalah kecenderungan untuk mem-forward pesan atau unggahan berantai yang belum tentu keaslian informasinya. Sering kali konten yang ternyata merupakan hoaks atau tidak benar tersebar kembali tanpa adanya verifikasi fakta sebelumnya.
2. Mengungkapkan Informasi Pribadi Secara Extrim Rinci
Mereka kadang memposting detail kehidupan pribadi yang sangat spesifik, bahkan untuk hal-hal yang sangat remeh. Seluruh kronologi kegiatan sehari-hari atau masalah personal bisa diunggah ke publik di linimasa Facebook.
3. Menggunakan Bahasa Internet yang Kadaluarsa
Gaya menulis atau menggunakan emoji yang sudah jarang diterima oleh generasi muda kerap kali muncul di unggahan mereka. Penggunaan tanda baca secara berlebihan atau kata pendek yang telah usang membuat pesan mereka menjadi kurang sinkron dengan era modern.
4. Mengirim Ulasan pada Gambar Lawas
Terkadang mereka mencari kembali foto-foto yang sudah diunggah berpuluh tahun silam dan meninggalkan komentar seakan-akan itu adalah unggahan paling baru. Tindakan seperti ini mungkin tampak ganjil atau membingungkan bagi sang pemilik akun maupun para temannya.
5. Menandai Foto Orang secara Tidak Tepat
Kebiasaan melakukan tagging Pada gambar-gambar yang sebetulnya tak memperlihatkan individu tertentu pun sering kali kita jumpai. Hal ini dapat mencakup foto alam, kalimat penyemangat, hingga ilustrasi barang yang dikaitkan dengan akun seseorang.
6. Ketidakpahaman tentang Setelan Kebijakan Pribadi
Pengetahuan yang kurang tentang cara kerja aturan privasi biasanya menyebabkan unggahan mereka dapat dilihat oleh semua orang di dunia maya. Data pribadi yang semestinya hanya diketahui oleh sahabat-sahabat terdekat justru tidak sengaja disebarluaskan kepada khalayak ramai oleh para pemakainya.
7. Memposting Konten yang Terlalu Politis
Linimasa mereka bisa dipenuhi dengan unggahan yang sangat kental nuansa politis, kadang dengan narasi yang provokatif atau berapi-api. Hal ini bisa menciptakan atmosfer kurang nyaman atau memicu perdebatan panas antar teman di media sosial.
Memahami perbedaan gaya berinteraksi di media sosial ini bisa membantu menjembatani kesenjangan antar generasi di dunia maya. Apa yang terasa normal bagi satu generasi mungkin terlihat membingungkan atau ketinggalan zaman bagi generasi lainnya yang lebih dulu akrab dengan perubahan teknologi digital.
Posting Komentar