
Theo Rapi Ridwan - Apakah kamu bisa berdiri dengan satu kaki selama 10 detik tanpa kehilangan keseimbangan? Jika tidak bisa, tubuhmu mungkin sedang memberikan sinyal penting tentang kondisi kesehatannya. Meski terdengar sepele, kemampuan ini ternyata menyimpan petunjuk besar tentang bagaimana kita menua.
"Kemampuan untuk bertahan dengan satu kaki merupakan salah satu penanda terbaik yang dapat digunakan dalam menilai proses penuaan," jelas Clayton Skaggs, sang founder dari Central Institute for Human Performance (CIHP).
Studi yang dilakukan oleh Mayo Clinic pada tahun 2024 menyatakan bahwa kemampuan mempertahankan keseimbangan saat berdiri di atas satu kaki lebih dapat diandalkan untuk mendeskripsikan proses penuaan individu daripada kekuatan otot atau pola berjalan mereka. Uji coba tersebut merupakan indikator dari fungsi neuromuscular secara keseluruhan, serta mungkin juga menjadi tanda awal dari suatu penyakit sebelum timbul gejala-gejalanya.
Kita menerapkan uji keseimbangan sebagai alat diagnosis untuk menentukan jenis penyakit yang mungkin ada," papar Paraminder Padgett, seorang ahli saraf dan terapi fisik dari Dartmouth Hitchcock Medical Center. "Meskipun kurang bergerak dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam tubuh, namun gangguan pada otak juga memiliki efek yang sama.
Beberapa penyakit jangka panjang seperti diabetes, artritis, multiple sclerosis, Parkinson, hingga Alzheimer bisa merusak stabilitas fisik dengan bertahap. Sebagian kondisi tersebut menyerang sistem saraf serta mengurangi proprie sepsis (pengetahuan tubuh tentang posisinya sendiri), sedangkan yang lainnya menciptakan dampak pada aspek kognitif dan proses pengambilan keputusan; semua faktor itu ikut berperan dalam menjatuhkan kesetimbangan badan.
Mengapa Keseimbangan Semakin Sulit Setelah Usia 40
Beberapa organ tubuh turut berkontribusi pada pemeliharaan keseimbangan seperti penglihatan, sistem somatosensorik yang mengambil data dari kulit, otot, dan persendian, serta sistim vestibular di telinga bagian dalam. Ironisnya, seluruh komponen tersebut perlahan kehilangan fungsinya seiring bertambahnya umur seseorang lewat usia 40 tahun; terlebih lagi bila pola hidup lebih condong kepada aktivitas statis atau tidak banyak gerak.
“Seperti halnya keriput di permukaan kulit, otak kita juga mengalami keriput di dalam,” kata Padgett. “Namun jika kita terus menggunakannya dengan tepat, sistem-sistem otak tetap bisa beradaptasi.”
Banyak orang menganggap penurunan fungsi tubuh sebagai bagian alami dari penuaan. Namun menurut Skaggs, seringkali penurunan ini sebenarnya disebabkan oleh pola hidup yang diabaikan. Ia mencontohkan, ketika seseorang terbiasa menggunakan tangan untuk bangun dari kursi, tubuh akan membentuk pola baru yang justru mempercepat pelemahan otot kaki.
Keseimbangan Bisa Dilatih dan Dipulihkan
Kabar baiknya, keseimbangan bukanlah sesuatu yang hilang selamanya. Dengan latihan dan keterlibatan otak yang tepat, kita bisa menjaganya bahkan memulihkannya—di usia berapa pun.
“Kita didesain untuk menstabilkan tubuh lewat batang tubuh (core). Otot inti seharusnya menjadi pusat keseimbangan,” jelas Skaggs.
Sayangnya, sejumlah besar individu yang telah mencapai masa pensiun justru berkurang dalam hal kegiatan fisik dan lebih suka hanya duduk-duduk santai di sofa untuk nonton televisi atau mengerjakan crosswords. Namun, Padgett menyatakan bahwa ini belum cukup.
Ia menyarankan latihan “dual tasking”—menggabungkan tantangan fisik dan kognitif secara bersamaan. Misalnya, berjalan sambil menyebutkan nama buah dari huruf A hingga Z. Latihan ini mendorong otak untuk tetap aktif dalam pengambilan keputusan dan reaksi terhadap gerakan.
Variasi gerakan juga sangat penting, terutama untuk merangsang sistem vestibular. Gerakan seperti yoga dengan posisi kepala di bawah (misalnya downward dog) dapat membantu otak memproses arah dan posisi tubuh.
Latihan yang melibatkan elemen tak terduga—seperti bermain frisbee, mendaki, atau juggling— juga merangsang keseimbangan reaktif. Bahkan berjalan tanpa alas kaki pun bisa menjadi terapi yang efektif.
“Informasi sensorik yang masuk saat kita tidak memakai alas kaki jauh lebih kaya,” kata Padgett. “Mobilitas kaki pun akan meningkat.”
Perubahan kecil seperti berdiri di atas busa, berjalan di jalur berbatu, atau menutup mata saat latihan keseimbangan bisa mengaktifkan sistem tubuh yang jarang digunakan.
Yang terpenting adalah menemukan aktivitas bergerak yang Anda nikmati. Padgett mengatakan, "Mungkin saja ada beberapa latihan yang tak selalu menyenangkan bagi saya, namun rasanya pasti lebih baik kemudian hari. Saya sadar bahwa ini membantu saya untuk masih dapat menjalankan hobi dan kesukaan lain dengan sedikit gangguan nyeri."
Studi juga mengungkapkan bahwa latihan keseimbangan yang dilakukan dengan teratur tidak hanya memperbaiki aspek fisik, tetapi juga mendukung peningkatan memorinya serta kapabilitas dalam hal ruang atau kemampuan spasial.
“Hal terpenting yang bisa kita lakukan adalah bergerak, dan bergerak sebanyak mungkin,” tutup Padgett.
Posting Komentar